Beranda » Zakat dalam Islam: Definisi, Hukum, Jenis, dan Syarat-Syaratnya

Zakat dalam Islam: Definisi, Hukum, Jenis, dan Syarat-Syaratnya

Pengertian dan Makna Zakat dalam Syariat Islam

oleh Nur Mukhlish Mazid
0 komentar 1.3K views

Mengenal Zakat

Pengantar

Sebagai seorang muslim, kita pasti sering mendengar istilah zakat. Banyak ayat dalam al-Qur’an maupun hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menekankan pentingnya zakat. Namun, tidak sedikit dari kita yang masih belum memahami dengan baik terkait zakat. Dalam artikel kali ini, kita akan mengupas lebih lanjut mengenai zakat dari pengertian, hukum, jenis-jenis dan syarat-syaratnya.

Baca juga: https://fiqihmuamalah.com/1465-zakat-hewan-ternak-panduan-lengkap.html

 Definisi Zakat

Secara bahasa, zakat yaitu “An-Nama’ wa Az-Ziyadah  (النماء والزيادة) yang artinya tumbuh dan bertambah. 

Contoh: “Zaka Az-Zar’u” (زكا الزرع) yang berarti “tanaman itu tumbuh dan bertambah”.

Adapun secara istilah syariat, zakat merupakan bentuk ibadah kepada Allah, dengan mengeluarkan bagian yang diwajibkan secara syariat dari harta tertentu untuk golongan atau pihak tertentu.

Baca juga: https://fiqihmuamalah.com/1456-mengenal-lima-jenis-harta-wajib-zakat-dan-syarat-syaratnya.html

Hukum Zakat

Zakat hukumnya wajib berdasarkan dalil dari al-Qur’an, hadis, maupun ijma’ kaum muslimin dan zakat merupakan salah satu dari rukun Islam.

Al Qur’an

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ ۗ وَمَا تُقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

“Dan laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) di sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah 110).

Hadist

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ البَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَان

“Islam  dibangun di atas lima perkara: persaksian (syahadat) bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, haji (ke Baitullah) dan puasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Para ulama telah sepakat atas wajibnya zakat bagi muslim – Imam An nawwi  (Al Majmu’ 356/5)

Baca juga: Sejarah Zakat – Fiqih Muamalah – Gerbang pertama anda menuju keberkahan

Jenis-Jenis Zakat

Zakat dalam Islam dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu:

       Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim di bulan Ramadhan sebelum menunaikan shalat Idul Fitri, berupa makanan pokok masyarakat setempat dengan kadar yang telah ditentukan, yaitu 1 sha’ atau sekitar 2,5-3 kg beras sebagai contoh.

      Zakat Mal (zakat harta)

Zakat mal adalah zakat yang dikenakan pada harta tertentu, dengan syarat telah mencapai nisab dan haul. Zakat mal wajib pada hewan ternak, emas dan perak/mata uang, hasil pertanian, buah-buahan dan barang dagangan.

Baca juga: Dampak Maksiat Merusak Kehidupan

Syarat-Syarat Zakat

Ada 5 syarat wajibnya zakat, yaitu:

  • Merdeka, maka tidak wajib zakat bagi seorang budak.
  • Muslim, maka tidak wajib zakat bagi orang kafir atau orang yang murtad.
  • Nisab. Nisab adalah ukuran minimal harta yang telah ditetapkan oleh syariat sebagai batas wajibnya zakat, dan nilainya berbeda-beda. Seseorang wajib mengeluarkan zakat jika hartanya mencapai nisab. Jika seseorang tidak memiliki apa-apa seperti orang fakir maka tidak ada kewajiban zakat baginya, dan jika memiliki harta namun belum mencapai nisab maka juga tidak ada kewajiban zakat baginya.
  • Kepemilikan penuh dan stabil.
  • Mencapai haul, yaitu genap satu tahun (hijriyah). Namun ada yang tidak disyaratkan haul seperti zakat pertanian (dibayar saat panen).

Oleh : Nur Mukhlish Mazid

Artikel: fiqihmuamalah.com

Madinah, 24 Rabiul Akhir, 1446 H


Referensi:

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, “Syarhul Mumti’ ‘ala Zadul Mustaqni’”, Riyadh: Dar Ibn Al-Jawzi, Cet. Ke-1, 1428 H, jilid 6.

Abi Syuja Ahmad bin Hasan al-Ashfahani, “Matan Ghayah wat Taqriib”, Beirut: Dar Ibnu Hazm, Cet. Ke-1, 1414 H

 

 

You may also like

Tinggalkan komentar

kosultasi syariah