Jangan Sibuk Mengupas Rumah Tangga Orang Lain
Beberapa bulan terakhir, kita disibukkan dengan hal-hal yang kurang bermanfaat. Salah satu contohnya adalah maraknya pemberitaan tentang kehidupan rumah tangga orang lain—baik dari kalangan masyarakat biasa, publik figur, maupun pejabat publik.
Yang lebih memprihatinkan, banyak dari kita menjadi candu terhadap berita-berita tersebut. Tidak cukup dari televisi, kita lanjut menelusurinya di media sosial, bahkan di YouTube. Beberapa video bahkan menembus jutaan penayangan hanya dalam hitungan hari.
Baca juga: Jodoh Idaman Jadi Ujian? Ini Cara Menghadapinya
Padahal ini tanda bahwa waktu kita yang sangat berharga dan emosi yang sangat mulia telah kita habiskan untuk sesuatu yang tidak pantas menjadi konsumsi publik. Ya, membahas urusan rumah tangga orang lain memang mungkin terasa seru—tapi sadarkah kita, hal itu bukan bahan yang layak untuk diperbincangkan? Apalagi ketika hanya mendengar dari satu pihak saja. Kesalahpahaman bisa menyebar luas dan menjadi fitnah yang besar.
Baca juga: Realita Pernikahan dalam Islam: Jangan Sampai Salah!
Mari kita belajar dari kisah seorang sahabiyah bersama suaminya, Shafwan bin al-Mu‘atthal. Dalam sebuah hadis sahih, disebutkan bahwa sang istri pernah mengadukan persoalan rumah tangganya langsung kepada Rasulullah ﷺ:
Seorang wanita, istri dari Shafwan bin al-Mu‘atthal, datang kepada Nabi ﷺ saat kami sedang bersamanya. Ia berkata:
“Wahai Rasulullah, suamiku Shafwan bin al-Mu‘atthal memukulku jika aku shalat, memaksaku berbuka (tidak berpuasa) jika aku berpuasa, dan tidak melaksanakan shalat Subuh sampai matahari terbit.”
(Kebetulan) Shafwan juga hadir saat itu, maka Nabi ﷺ bertanya kepadanya tentang apa yang dikatakan istrinya. Ia menjawab:
“Wahai Rasulullah, adapun ucapannya bahwa aku memukulnya saat ia shalat, itu karena dia membaca dua surat (panjang), dan aku telah melarangnya akan hal itu.”
Maka Nabi ﷺ bersabda:
“Kalau satu surat saja sudah cukup bagi manusia (maka tidak perlu membaca dua surat panjang).”
Lalu Shafwan melanjutkan:
“Dan tentang ucapannya bahwa aku memaksanya berbuka, itu karena dia berpuasa sementara aku ini masih seorang pemuda dan tidak mampu menahan diri.”
Maka Nabi ﷺ bersabda:
“Tidak boleh seorang wanita berpuasa (sunnah) kecuali dengan izin suaminya.”
Kemudian Shafwan menjelaskan:
“Dan mengenai ucapannya bahwa aku tidak shalat Subuh sampai matahari terbit, maka kami adalah keluarga yang memang dikenal seperti itu (susah bangun), kami jarang sekali bangun sebelum matahari terbit.”
Maka Nabi ﷺ bersabda:
“Kalau engkau bangun, maka shalatlah.”
(HR. Abu Dawud no. 2459, Ahmad no. 11776. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah, 5/206)
Baca juga: Jangan Salah Langkah! Ini Persiapan Wajib Sebelum Menikah
Pelajaran Penting dari Kisah Ini:
- Jangan cepat menilai rumah tangga orang lain, apalagi hanya dari satu sisi cerita.
- Urusan rumah tangga bukan untuk jadi konsumsi publik, karena banyak sisi yang tidak kita ketahui.
- Waktu dan emosi kita terlalu berharga untuk dihabiskan pada urusan yang bukan tanggung jawab kita.
Baca juga: Mahar dalam Islam: Apa Hakikat dan Esesnsinya?
Gunakan Waktu untuk Hal yang Bermanfaat
Mari sibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat. Gunakan media sosial kita untuk belajar ilmu yang mendekatkan kepada Allah ﷻ. Waktu kita terlalu singkat untuk dihabiskan dalam drama rumah tangga orang lain.
Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak berguna baginya.” (HR. Tirmidzi no. 2318)
Baca juga: Menghadapi Suami Cuek Panduan Islami untuk keluarga harmonis
Oleh: Jundi Qoriba
Bekasi, 8 Mei 2025