Beranda » Karakteristik Istri Shalihah: Sahabat Sejati dalam Rumah Tangga

Karakteristik Istri Shalihah: Sahabat Sejati dalam Rumah Tangga

Menelusuri Kriteria Istri Shalihah Berdasarkan Al-Quran dan Sunnah

oleh Abdullah Ramadhan
0 komentar 280 views

KARAKTERISTIK ISTRI SHALIHAH

Bahagianya memiliki istri shalihah

Salah satu kebahagiaan dalam berumah tangga adalah pasangan yang Shalih dan Shalihah. seorang istri yang Shalihah merupakan sebaik-baiknya perbendaharaan seorang suami, olehnya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada Umar bin al-Khattab,

أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرٍ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ إِذَا نَظرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ، وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ

“Maukah engkau kuberitahu tentang sebaik-baiknya perbendaharaan seseorang? Yaitu istri yang apabila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah maka ia menaatinya, dan apabila suaminya tidak berada disisinya maka hak suaminya. (HR. Abu Dawud no. 1417, Syaikh Muqbil Rahimahullah mengatakan dalam al-Jami al-Shahih 3/57, ‘Hadits ini Shahih berdasarkan syarat muslim)

Dalam Hadits ini dengan jelas Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menyampaikan bahwa sebaik-sebaik perbendaharaan sekaligus menjadi salah satu sumber kebahagiaan seorang suami adalah istri shalihah. Hal ini tentu sangat benar dan tidak bisa kita elakkan, sebab seorang istri adalah kawan hidup yang akan membersamai seorang suami siang dan malamnya, ia merupakan pakaian bagi seorang suami. 

Lalu seperti apakah kriteria atau karakteristik seorang istri yang shalihah? Maka pada kesempatan ini penulis akan menyampaikan beberapa kriteria istri shalihah berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-.

Baca juga: https://fiqihmuamalah.com/1951-pentingnya-peran-keluarga-dalam-islam-fondasi-kehidupan-yang-kuat-dan-penuh-kasih.html

SIFAT ISTRI SHALIHAH

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٞ لِّلۡغَيۡبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُۚ

“Wanita (istri) shalihah adalah taat dan memelihara (kesucian) diri ketika (suaminya) tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka.” (an-Nisa : 34)

Dalam ayat ini Allah Ta’ala menyebutkan secara umum dua sifat wanita shalihah yaitu, 

  1. Taat kepada Allah
  2. Taat kepada suami dalam hal yang ma’ruf.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Shi’di -rahimahullah- mengatakan,

“Tugas seorang istri adalah menunaikan ketaatan kepada Rabb-nya dan taat kepada suaminya, karena itulah Allah Ta’ala berfirman, ‘Wanita shalihah adalah yang taat’ yakni taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ‘Lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada.’ Yakni taat kepada suami mereka bahkan ketika suaminya tidak ada, dia menjaga hak suaminya dengan menjaga dirinya dan harta suaminya.” (Taisir al-Karim al-Rahman hal. 177)

Bentuk ketaatan kepada Allah ta’ala

Jika kita perinci dari dua sifat umum yang ada dalam ayat diatas, yakni Taat kepada Allah maka, begitu banyak ketaatan yang dapat dilakukan seorang istri, baik dari ibadah yang fardhu maupun yang sunnah. Sebagai contoh kecil, seorang istri yang shalihah ketika suaminya keluar dari rumah untuk mencari nafkah maka sang istri melakukan sholat dhuha lalu mendoakan sang suami agar dimudahkan dalam mencari rezeki yang halal dan diberikan keselamatan. Demikian juga bentuk-bentuk ketaatan yang lainnya yang dapat seorang istri lakukan ketika berada dirumah.

Baca juga: Dampak Maksiat Merusak Kehidupan

Bentuk ketaatan kepada suami

Demikian pula Taat kepada suami dalam kebaikan, ada begitu banyak bentuk ketaatan kepada suami, baik ketaatan kepada suami ketika ia sedang berada di rumah ataupun ketika suami tidak berada di rumah. Diantara bentuk ketaatan kepada suami ketika ia berada di rumah adalah berusaha melayani suami dengan sebaik mungkin, dari makanannya ataukah melayani suami di kamar. Demikian juga hendaknya seorang istri tidak berpuasa kecuali atas izin suami. Kemudian di antara bentuk ketaatan kepada suami ketika ia sedang berada di luar rumah adalah hendaklah seorang istri tidak mempersilahkan orang lain masuk ke dalam rumahnya tanpa izin dari suaminya. Pun halnya ketika suami sedang safar atau berada di luar dan sang istri hendak keluar dari rumah maka hendaklah meminta izin lebih dahulu kepada suaminya.

 

Diantara bentuk ketaatan kepada suami ketika ia berada di rumah adalah berusaha melayani suami dengan sebaik mungkin, dari makanannya ataukah melayani suami di kamar.

Baca juga: https://fiqihmuamalah.com/1841-rezeki-sempit-penyebab-dan-solusinya-dalam-prespektif-islam.html

Kriteria istri shalihah dalam al qur’an dan as sunnah

  1. Ketika terjadi konflik rumah tangga antara Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam  dengan istri-istrinya beliau sempat  bersumpah tidak akan mencampuri  mereka selama satu bulan, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Rasul-Nya,

عَسَىٰ رَبُّهُۥٓ إِن طَلَّقَكُنَّ أَن يُبۡدِلَهُۥٓ أَزۡوَٰجًا خَيۡرٗا مِّنكُنَّ مُسۡلِمَٰتٖ مُّؤۡمِنَٰتٖ قَٰنِتَٰتٖ تَٰٓئِبَٰتٍ عَٰبِدَٰتٖ سَٰٓئِحَٰتٖ ثَيِّبَٰتٖ وَأَبۡكَارٗا

“Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.” (at-Tahrim : 5)

Dalam ayat ini Allah Ta’ala dengan tegas menyebutkan sifat-sifat wanita shalihah yaitu,

  • Muslimah, yakni tunduk dan patu kepada Allah dan Rasul-nya
  • Beriman, yakni membenarkan dan larangan Allah Ta’ala
  • Taat
  • Suka bertaubat, banyak bertaubat atas dosa-dosanya
  • Rajin beribadah
  • Rajin berpuasa

2. Rasulullah -Shallallahu alaihi wa salam- pun mengabarkan tentang surga bagi istri-istri yang shalihah beliau bersabda,

إِذَا صَلَّتِ المَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، قِيْلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Apabila seorang wanita menegakkan sholat lima waktu, dan berpuasa ramadhan, menjaga kemaluannya, menaati suaminya, maka dikatakan kepadanya, ‘masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau hendaki.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 660, 661)

Perhatikan bagaimana Rasulullah menyebutkan sifat-sifat wanita shalihah yaitu taat kepada Allah dengan menegakkan shalat dan berpuasa Ramadhan, dan taat kepada suami.

3. Demikian pula di antara karakteristik istri shalihah adalah apa yang disabdakan oleh Rasulullah dalam hadits yang telah disebutkan di awal,

أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرٍ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ إِذَا نَظرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ، وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ

“Maukah engkau kuberitahu tentang sebaik-baiknya perbendaharaan seseorang? Yaitu istri yang apabila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah maka ia menaatinya, dan apabila suaminya tidak berada disisinya maka hak suaminya. (HR. Abu Dawud no. 1417, Syaikh Muqbil Rahimahullah mengatakan dalam al-Jami al-Shahih 3/57, ‘Hadits ini shahih berdasarkan syarat muslim)

Dalam hadits ini Rasulullah menyebutkan diantara sifat wanita shalihah adalah apabila suaminya menemuinya maka suaminya merasa tenang dan senang, artinya seorang wanita hendaklah ketika suaminya dari luar rumah maka dia menyiapkan dirinya dengan penampilan yang baik sehingga suaminya ketika melihatnya ia merasa senang. 

4. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga menyebutkan diantara sifat istri shalihah yang akan menjadi penghuni surga beliau bersabda,

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ الْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا، الَّتِى إِذَا غَضِبَ جَاءَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِي يَدِ زَوْجِهَا، وَتَقُوْلُ: لاَ أَذُوقُ غَضْمًا حَتَّى تَرْضَى

“Maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian yang akan menjadi penghuni surga? Yaitu al-Wadud (penuh kasih sayang), al-Walud (banyak keturunan), al-’Uud selalu kembali kepada suaminya jika ia marah sampai ia meletakkan tangannya diatas tangan suaminya dan mengatakan, ‘aku tidak dapat tidur hingga engkau ridha kepadaku’.” (HR. an-Nasa’i dalam isyratun nisa no. 257)

5. Demikian pula di antara sifat istri shalihah adalah banyak bersyukur atas pemberian suami, Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,

لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِي عَنْهُ

“Allah Ta’ala tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya dan dia tidak merasa cukup atasnya.” (HR. an-Nasa’i dalam isyratun nisa no. 289)

Dalam hadits ini Rasulullah menyampaikan tentang wanita yang tidak akan dipandang oleh Allah kelak karena sifatnya yang enggan bersyukur kepada suaminya. Maka dapat kita pahami sebaliknya bahwa diantara sifat wanita yang shalihah yang akan dipandang oleh Allah kelak adalah istri yang banyak bersyukur atas suaminya.

Baca juga: perencanaan-keuangan-islami-konsumerisme

Kesimpulan

Maka begitu indahnya ketika dalam sebuah rumah tangga terdapat sosok seorang wanita yang shalihah yang menenangkan suaminya, yang mendidik anak-anaknya dengan baik. Semoga Allah menganugerahkan kita semua istri-istri yang shalihah, dan untuk mendapatkan istri yang shalihah maka seorang suami juga hendaknya menjadi suami yang shalih, bagaimana caranya? Akan kita bahasa pada tulisan berikutnya.

Baca juga: https://fiqihmuamalah.com/1771-sukuk-investasi-cerdas-yang-berlandaskan-syariah.html

Referensi 

  1. Al-Qur’an al-Karim
  2. Tafsir As-Sa’di, 
  3. Al-Jami al-Shahih
  4. Shahihul Jami’

Oleh : Abdullah Ramadhan
Artikel: fiqihmuamalah.com

Madinah an-Nabawiyyah, 10 November 2024.

 

You may also like

Tinggalkan komentar

kosultasi syariah