Beranda » Nasihat yang Mengubah Hidup: Pelajaran Berharga dari Universitas Islam Madinah

Nasihat yang Mengubah Hidup: Pelajaran Berharga dari Universitas Islam Madinah

Sebuah Kisah Inspiratif dari Pengalaman Menuntut Ilmu di Tanah Suci

oleh Jundi Qoriba, B.A., M.A.
0 komentar 219 views

Nasihat yang mengubah hidup saya saat masih kuliah di Universitas Islam Madinah

Mengejar mimpi 

Apa kabar teman-teman pembaca fiqihmuamalah.com? semoga kalian sehat dan selalu istiqamah dalam kebaikan, amin. 9 tahun lalu Allah memberikan kesempatan kepada saya untuk menuntut ilmu di Universitas Islam Madinah tepatnya pada tahun 2014. Tentu saat itu saya sangat bahagia dengan kesempatan yang saya dapatkan bukannya hanya bisa belajar di sana namun mendapatkan beasiswa full dan bisa beribadah di kedua tanah suci makkah dan Madinah. 

Baca juga: Menjadi Qawwam: Tugas dan Peran Suami dalam Islam

Pada pertengahan tahun 2014 saya terbang menuju kota Madinah dengan menggunakan pesawat Saudia (tiket ini termasuk beasiswa yang saya dapatkan). Dengan berbekal seadanya tak menyurutkan semangat untuk bisa mencari ilmu sebanyak-banyak di kota Nabi. Pada awal kedatangan tentu yang pertama kali saya lakukan adalah berkeliling kampus yang sudah menjadi impian saya sejak duduk di bangku MTS. Melihat berbagai macam keragaman budaya, mahasiswa yang datang dari berbagai macam negara dan kuliner khas kota Madinah yang lezat yang harus kalian cicipi saat berkunjung ke sana, jangan sampai kelewatan pokoknya hehehe….

Baca juga: Karakteristik Istri Shalihah: Sahabat Sejati dalam Rumah Tangga – Fiqih Muamalah – Gerbang pertama anda menuju keberkahan

Pengalaman pertama di kampus impian

Setelah mulai mengenal dan beradaptasi dengan lingkungan kampus sampailah moment menentukan jurusan/ fakultas apa yang harus saya pilih. Saat itu saya memilih fakultas Syariah karena disini saya akan mempelajari fiqih secara komprehensif. Alhamdulillah kartu mahasiswa saya keluar dan saya sudah terdaftar resmi sebagai mahasiswa program bachelor (setara sarjana) fakultas syariah. Saya ingat sekali waktu itu KBM sudah berjalan selama 1 bulan dan saya sudah tertinggal banyak sekali pelajaran. Alhamdulillah saat itu saya bertemu dengan 1 mahasiswa asal garut yang sangat rajin dan selalu membuat  ringkasan, dari situ saya mulai mengejar ketinggalan. 

Di tahun pertama ini, saya benar-benar bertekad untuk bisa mendapatkan nilai mumtaz atau cumlaude, saya harus fokus dengan seluruh mata kuliah yang diajarkan di kelas bahkan, saya selalu datang tepat waktu dan duduk di depan dosen… keren bangetkan…hehe…. Alhamdulillah perkuliahan di semester 1 ini berjalan dengan baik, sampailah di pada pertemuan terakhir. Yang saya paling ingat adalah pertemuan terakhir dengan dosen favorit mahasiswa Universitas Islam Madinah di mata kuliah Fiqih yaitu adalah Syekh Dr. Abdullah AbalKhail Hafidzhahullah.

Baca juga: perencanaan-keuangan-islami-konsumerisme

Nasihat yang sangat berharga

Pertemuan di hari terakhir di tahun pertama saya di Madinah ini yang sangat mengubah niat, tujuan dan cara saya menuntut ilmu. Saat itu beliau memberikan motivasi tentang betapa pentingnya istiqamah dalam thalabul ilmi yang berhasil sampai ke hati dan membakar semangat. namun, semangat itu padam setelah beliau menyampaikan 1 kalimat, “Percuma jika Penuntut Ilmu tidak hafal Al qur’an, bahkan jika ia lulus dari Universitas Islam Madinah dengan nilai mumtaz (Cumlaude), mengapa? karena, Al qur’an adalah pintu dari ilmu sekaligus pintu untuk memberikan manfaat besar bagi masyarakat di negara kalian.” Tiba-tiba terdiam mendengar nasihat beliau, seperti tamparan keras yang saya dapatkan sangat sakit… Kalimat beliau telah menghancurkan pemahaman keliru saya yang selama ini saya kerjakan. 

 

“Percuma jika Penuntut Ilmu tidak hafal Al qur’an, bahkan jika ia lulus dari Universitas Islam Madinah dengan nilai mumtaz (Cumlaude), mengapa? karena, Al qur’an adalah pintu dari ilmu sekaligus pintu untuk memberikan manfaat besar bagi masyarakat di negara kalian.

Baca juga: Dampak Maksiat Merusak Kehidupan

Point-point penting yang saya dapatkan

Nasihat Syekh Dr. Abdullah Abalkhail ini meluruskan niat saya dalam menuntut ilmu sekaligus merapikan cara belajar yang benar. Dari ungkapan beliau saya mengoreksi diri, bahwasanya: 

  • Tujuan Penuntut ilmu adalah untuk memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat bukan mendapatkan nilai atau gelar.
  • Menuntut ilmu itu butuh metode yang jelas tidak bisa asal-asalan dan tidak terstruktur.
  • Al qur’an adalah sebaik-baik ilmu agama, mengapa demikian? karena ilmu syar’i bersumber dari al qur’an dan as sunnah, bagaimana kita melewatkannya???
  • Pentingnya belajar dengan dibimbing oleh seorang guru yang ahli di bidangnya, karena dengan adanya guru akan menjadikan proses dalam menuntut ilmu syar’i menjadi efektif dan bermakna.

Suasana halaqah al qur’an di masjid nabawi (2015).

Masih, banyak lagi hikmah yang bisa digali dari nasihat beliau, namun ini yang paling mengubah cara pandang saya dalam menuntut ilmu syar’i selama di Madinah dan mengubah hidup saya menjadi lebih baik dan bermakna. setelah mendengar nasihat beliau saya langsung tekadkan untuk menyelesaikan hafalan al qur’an 30 Juz selama masa studi di jenjang sarjana, saya memulainya dengan mengikuti dauroh al qur’an di kota thaif dan mendaftar halaqah qur’an di Masjid Nabawi. Semoga Allah ta’ala selalu membimbing kita kepada jalan yang benar dan juga memberkahi guru-guru kita yang telah membimbing kita dengan tulus.. amin.

Baca juga: Rezeki Sempit: Penyebab dan Solusinya dalam Prespektif Islam

Oleh: Jundi Qoriba
Alumni S2 Universitas Islam Madinah
Artikel: fiqihmuamlah.com

Bogor, 12 November 2024

You may also like

Tinggalkan komentar

kosultasi syariah