Beranda » Berapa Lama Seorang Suami Boleh Pergi Meninggalkan Istrinya?

Berapa Lama Seorang Suami Boleh Pergi Meninggalkan Istrinya?

oleh Abu Huroiroh
0 komentar 206 views

Seorang suami terkadang harus meninggalkan istrinya untuk mencari nafkah atau untuk kebutuhan lainnya dalam waktu yang lama. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan kita, berapa lama seorang suami boleh pergi meninggalkan istrinya ?

Ada sebuah kisah dari Fatimah bintu Qais رضي الله عنها- :-

قالت: أتيت النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – فقلتُ: إنَّ أَبَا الجَهْم وَمُعَاوِيَةَ خَطَبَانِي؟ فَقَالَ رسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم: «أمَّا مُعَاوِيَةُ، فَصُعْلُوكٌ لَا مَالَ لَهُ، وأمَّا أَبُو الجَهْمِ، فَلَا يَضَعُ العَصَا عَنْ عَاتِقِهِ» متفق عَلَيْهِ.

وفي رواية لمسلم: «وَأمَّا أَبُو الجَهْمِ فَضَرَّابٌ لِلنِّساءِ» وَهُوَ تفسير لرواية: «لا يَضَعُ العَصَا عَنْ عَاتِقِهِ» وقيل: معناه: كثيرُ الأسفارِ.

Ia berkata: Aku datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku berkata, “Sesungguhnya Abul Jahm dan Mu’awiyah telah melamarku”. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Adapun Mu’awiyah adalah orang fakir, ia tidak mempunyai harta. Adapun Abul Jahm, ia tidak pernah meletakkan tongkat dari pundaknya”

Dan dalam riwayat Muslim : “Adapun Abul Jahm, dia memukul wanita,” yang merupakan tafsiran dari narasi tersebut: “Dia tidak melepaskan tongkat dari bahunya.” Dan dikatakan juga maknanya banyak bepergian.

 

Suatu ketika juga Umar bin Khattab -رضي الله عنه- bertanya kepada anaknya Hafshah bintu Umar رضي الله عنها:

” كَمْ أَكْثَرُ مَا تَصْبِرُ الْمَرْأَةُ عَنْ زَوْجِهَا؟ “. فَقَالَتْ: سِتَّةُ أَوْ أَرْبَعَةُ أَشْهُرٍ. فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: ” لَا أَحْبِسُ الْجَيْشَ أَكْثَرَ مِنْ هَذَا”

“Berapa lama seorang wanita sanggup bersabar untuk tidak kumpul dengan suaminya?” Jawab Hafshah : Enam atau empat bulan. Kemudian Umar berkata (berkomitmen) : “saya tidak akan menahan pasukan lebih dari ini.”

 

Ishaq bin Mansur pernah bertanya kepada imam Ahmad :

كم يغيب الرجلُ عن امرأته؟

قال: ستة أشهر.

Berapa lama seorang laki-laki (suami) boleh meninggalkan istrinya?

Imam Ahmad berkata : enam bulan.

 

Dari sabda Nabi صلى الله عليه وسلم  diatas, beliau tidak merekomendasikan bagi mereka yang belum memiliki suami untuk menikah kepada laki-laki yang fakir, memukul wanita atau banyak berpergian.

Karena dengan demikian (tidak sering berpergian) lebih menjaga kesucian diantara mereka/ pasangan

Sebagaimana yang di sabdakan Nabi صلى الله عليه وسلم

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.

Akan tetapi tidak ada larangan secara mutlak bagi mereka yang melakukan berpergian untuk mencari kehidupan, nafkah, rezeki atau menuntut ilmu dalam waktu lebih dari enam bulan meninggalkan keluarganya dengan udzur yang syar’i dan mendapatkan izin dari istri. Dan tetap yang lebih utama mereka yang selalu membersamai keluarganya dalam kesehariannya, karena hakikat pernikahan secara bahasa ialah berkumpulnya antara suami dan istri.

Wallahu A’lam

 

You may also like

Tinggalkan komentar

kosultasi syariah