Beranda » Sikap Keluarga Muslim di Malam Natal dan Tahun Baru

Sikap Keluarga Muslim di Malam Natal dan Tahun Baru

Tips menyikapi malam natal dan tahun baru menurut islam

oleh Irsyad Zakiyudin, S.sos
0 komentar 162 views

Pendahuluan

Setiap akhir tahun, perdebatan mengenai perayaan Natal dan Tahun Baru selalu muncul ke permukaan, menjadi salah satu topik yang sering diperdebatkan di tengah masyarakat. Bagi seorang Muslim, hal ini menjadi perhatian khusus karena melibatkan dimensi keimanan, sosial, dan budaya. Pertanyaannya pun menjadi sangat relevan: Apakah seorang Muslim diperbolehkan untuk memberikan ucapan selamat Natal atau turut serta dalam perayaan Tahun Baru?

Baca juga: Bekal Ramadhan #1: Membangun Kesadaran Hati untuk Menyambut Bulan Suci

Kabar Nabi ﷺ bahwa Sebagian Ummatnya Ada yang Mengikuti Langkah-Langkah Yahudi dan Nasrani

Salah satu bentuk mukjizat Nabi ﷺ adalah menyampaikan kabar-kabar di masa yang akan datang.
Di antaranya adalah hadis dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu:

لتتَّبعنَّ سَننَ من كانَ قبلَكم حذو القُذَّةِ بالقُذَّةِ حتّى لو دخلوا جحرَ ضبٍّ لدخلتُموه. قالوا: اليَهودُ والنَّصارى؟ قالَ: فمَن ؟ صحيح

“Kalian akan mengikuti adat tradisi umat sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, hingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak, niscaya kalian akan mengikutinya juga.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud itu orang-orang Yahudi dan Nasrani?” Rasulullah menjawab: “Kalau bukan mereka, siapa lagi?”

Orang Yahudi dan Nasrani adalah orang-orang yang berbuat syirik kepada Allah Ta’ala, melakukan sihir, terjatuh dalam perdukunan, berhukum dengan selain hukum Allah Ta’ala, serta keburukan syirik lainnya. Semua ini disebut sebagai iman kepada jibti (sihir, dukun) dan thagut (setan, peribadatan kepada selain Allah).

Baca juga: Ensiklopedia Muamalah Praktis #2: Syarat-Syarat Sah dan Rusak dalam Jual Beli

Berbagai Contoh Sebagian Ummat Nabi ﷺ Mengikuti Langkah-Langkah Yahudi dan Nasrani

Begitu pun Nabi ﷺ menyampaikan bahwa akan ada dari kaum Muslimin yang mengikuti langkah-langkah mereka. Hal ini sudah banyak terjadi, seperti:

  • Orang Yahudi dan Nasrani membangun bangunan di atas kuburan, orang Muslim pun ikut membangun.
  • Orang Nasrani merayakan hari lahirnya Isa ‘Alaihissalam, orang Muslim pun merayakan hari lahirnya Nabi ﷺ.
  • Orang Yahudi dan Nasrani memotong jenggot dan memelihara kumis, orang Muslim pun memotong jenggot dan memelihara kumis.
    Masih banyak perumpamaan lainnya.

Kaum Muslimin yang mengikuti mereka secara lahir tanpa batin termasuk juga dalam iman kepada jibti dan thagut, terlebih jika mengikuti baik lahir maupun batinnya.

Natal dan Tahun Baru Tradisi Yahudi dan Nasrani

Malam Natal atau Tahun Baru adalah malam perayaan mereka. Seorang Muslim dilarang mengikuti jalan-jalan mereka sebagaimana disebutkan dalam hadis di atas. Larangan ini karena tasyabbuh (menyerupai), sebagaimana Nabi ﷺ bersabda:

من تشبَّهَ بقومٍ فَهوَ مِنهم

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka.”

Hadis ini mengandung makna larangan dan pengingkaran.
Lalu, apakah kita ingin menjadi seperti yang disampaikan Nabi ﷺ? Tentu tidak ada seorang pun yang menginginkannya. Maka, hendaklah kita menjauhi dan berhati-hati. Semoga Allah menjauhkan kita dari mengikuti dan menyerupai mereka. Amin.

Baca juga: Mulailah dari Diri Sendiri: Pelajaran Berharga dalam Berdakwah dan Beramal

Fawaid untuk Keluarga Muslim

  1. Tidak ikut merayakan acara mereka, baik secara fisik maupun perkataan, seperti ucapan selamat, langsung atau tidak langsung, seperti makan-makan bersama, menonton bersama, dan lainnya, dengan niat sebab adanya malam Natal atau Tahun Baru.
  2. Mengajak istri, anak-anak, dan keluarga tidur lebih awal pada malam itu, dengan niat untuk menjauhi keramaian acara mereka.
  3. Jika memang bertepatan dengan adanya acara makan atau kumpul bersama pada malam Natal atau Tahun Baru, namun bukan karena acara mereka, maka hal itu tidak mengapa, selama tidak ada unsur tasyabbuh dengannya.
  4. Momen yang tepat untuk saling mengingatkan di antara sesama agar kaum Muslimin selamat dari perbuatan yang dimurkai Allah dan agar selalu menjauhinya.

Oleh: Irsyad Zakiyudin, S.sos

Artikel: Fiqihmuamalah.com 

Madinah, Selasa, 23 Jumadil Akhir 1446
(Lihat Kitab I’anatul Mustafid, Syarah Kitab Tauhid, hal. 478/482)

You may also like

Tinggalkan komentar

kosultasi syariah