Beranda » Kerja Keras dalam Islam: Hikmah dari Kisah Nabi Muhammad ﷺ dan Nabi Daud -Alaihissalaam-

Kerja Keras dalam Islam: Hikmah dari Kisah Nabi Muhammad ﷺ dan Nabi Daud -Alaihissalaam-

keutamaan bekerja

oleh Asep Ridwan Taufiq, B.A., M.A.
0 komentar 217 views

Pengantar

Kerja keras dalam Islam dan mencari nafkah dengan tangan sendiri adalah hal yang sangat dianjurkan dan dianggap sebagai bentuk ibadah. Rasulullah ﷺ dan Nabi Daud u memberikan contoh nyata bagaimana seorang muslim seharusnya memenuhi kebutuhannya dengan cara yang halal dan mulia. Artikel ini membahas keutamaan bekerja keras dalam Islam, serta memberikan inspirasi dari kisah para nabi yang menjaga kemandirian mereka dengan bekerja secara mandiri.

Baca juga: Bekerja Cerdas di Era Digital

Hadits tentang Keutamaan Bekerja

Rasulullah ﷺ  bersabda:

عن المقدام بن معدي كرب: قال رسول الله ﷺ: )ما أكَلَ أحَدٌ طَعامًا قَطُّ، خَيْرًا مِن أنْ يَأْكُلَ مِن عَمَلِ يَدِهِ، وإنَّ نَبِيَّ اللَّهِ داوُدَ عليه السَّلامُ، كانَ يَأْكُلُ مِن عَمَلِ يَدِهِ. ( [رواه البخاري، في صحيحه، رقم:2072]

Dari Miqdad bin Ma’dy Karib beliau berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak ada seorang pun yang memakan makanan yang lebih baik daripada makanan hasil usaha tangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Daud AS memakan makanan dari hasil usaha tangannya sendiri.” (HR. Bukhari dalam Sahihnya, no. 2072)

Dalam hadits ini, Rasulullah ﷺ  menekankan pentingnya bekerja keras dan mencukupi kebutuhan harian dengan usaha sendiri. Dengan bekerja, seseorang tidak hanya mampu menafkahi dirinya sendiri, tetapi juga keluarganya serta orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya. Penghasilan dari kerja tangan sendiri adalah penghasilan yang paling utama dan paling baik.

Dari hadis di atas ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil. Di antaranya sebagai berikut:

Pentingnya Bekerja dalam Islam

Hadits ini mengajarkan bahwa bekerja adalah ibadah dan salah satu cara terbaik untuk mencari rezeki yang halal. Islam mendorong setiap individu untuk bekerja keras, tidak mengandalkan pemberian orang lain, dan tidak menjadi beban bagi sesama. Dengan bekerja, kita bisa menjaga kehormatan dan kemandirian, serta menghindari dari sikap malas dan meminta-minta.

Contoh dari Nabi Daud AS

Rasulullah ﷺ  menyebutkan Nabi Daud AS secara khusus sebagai contoh bukan karena tanpa sebab, namu karena ada hikmah yang ingin beliau sampaikan. Yaitu, meskipun beliau (Nabi Daud) adalah seorang khalifah yang memiliki akses ke berbagai sumber daya, Nabi Daud u  tetap memilih untuk bekerja dengan tangannya sendiri. Ini menunjukkan bahwa bekerja keras adalah jalan yang paling mulia dalam mencari nafkah, bahkan bagi mereka yang memiliki kedudukan tinggi.

Jika seorang pemimpin seperti Nabi Daud AS memilih untuk bekerja dengan tangannya sendiri, maka ini menjadi contoh yang kuat bagi umat Islam untuk mengikuti jejaknya. Dengan kata lain, bekerja dan mencari rezeki dengan cara yang halal adalah tindakan yang sangat dianjurkan dalam Islam.

Nilai Moral dalam Bekerja

Selain Nabi Daud AS, Rasulullah ﷺ  juga memberikan contoh dalam hal bekerja, seperti menggembala dan berdagang.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله ﷺ : (ما بعثَ اللَّهُ نبيًّا إلَّا راعيَ غنَمٍ، قالَ لَهُ أصحابُهُ: وأنتَ يا رسولَ اللَّهِ؟ قالَ: وأَنا كُنتُ أرعاها لأَهْلِ مَكَّةَ بالقَراريط) قالَ سُوَيْدٌ: يعني كلَّ شاةٍ بقيراطٍ

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah tidak mengutus seorang nabi kecuali ia pernah menggembala kambing. Para sahabatnya bertanya, ‘Engkau juga, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Ya, aku pun pernah menggembala kambing milik penduduk Mekah dengan upah beberapa qirath.'” [1]

Suwaid[2] mengatakan: Yang dimaksud adalah setiap kambing (digembala) dengan upah satu qirath[3].

Beliau menunjukkan bahwa penghasilan yang paling baik adalah yang diperoleh dari kerja tangan sendiri. Ini mengajarkan bahwa setiap usaha yang dilakukan dengan ikhlas dan penuh integritas akan membawa berkah dalam kehidupan.

Kesimpulan

RIngkasnya, kerja keras dengan tangan sendiri dan mencari rezeki yang halal adalah nilai yang sangat dihargai dalam Islam. Dengan mengikuti contoh Rasulullah ﷺ  dan Nabi Daud u, umat Islam diajak untuk menjaga kemandirian, integritas, dan etos kerja dalam mencari nafkah. Ini tidak hanya membawa berkah di dunia, tetapi juga pahala di akhirat.

 

[1] HR. Bukhari (2262) dan Ibnu Majah (2149)

[2] Beliau adalah salah satu dari periwayat hadis ini. Sumber di sini

[3] Catatan: Qirath adalah satuan mata uang yang digunakan pada masa itu.

You may also like

Tinggalkan komentar

kosultasi syariah