Amalan di Hari Raya Idulfitri: Sunnah dan Adab yang Dilupakan
Ikhwati fillah,
Hari Raya Idulfitri adalah hari kebahagiaan dan kemenangan bagi kaum Muslimin setelah menyempurnakan ibadah puasa Ramadhan. Namun, kebahagiaan ini tidak boleh menghapus nilai ibadah dan adab yang seharusnya dijaga. Di hari raya, ada banyak amalan yang dicontohkan oleh Nabi ﷺ dan para sahabat yang semestinya kita hidupkan kembali.
Berikut adalah amalan dan adab penting di hari raya Idulfitri, berdasarkan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah:
1. Bertakbir dari Malam Idulfitri hingga Shalat Id
Salah satu sunnah yang sering dilupakan adalah bertakbir sejak matahari terbenam di malam Idulfitri hingga waktu shalat Id.
📖 Allah Ta’ala berfirman:
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan hendaklah kamu menyempurnakan bilangan (puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.”
(QS. Al-Baqarah: 185)
Lafal takbir yang masyhur adalah:
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Laki-laki disunnahkan melantunkan takbir dengan suara keras di rumah, masjid, maupun jalan. Sedangkan wanita melirihkan suaranya, karena mereka diperintahkan untuk menjaga kehormatan dan tidak mengeraskan suara di tempat umum.
2. Mandi dan Berhias Sebelum Berangkat
Disunnahkan untuk mandi sebelum keluar ke tempat shalat Id, memakai pakaian terbaik, dan menggunakan wewangian, terutama bagi laki-laki.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma:
أنه كان يغتسل يوم الفطر قبل أن يغدو
“Beliau biasa mandi pada hari Idulfitri sebelum berangkat (ke tempat shalat).”
(HR. Malik)
📖 Allah Ta’ala juga berfirman:
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ
“Wahai anak Adam! Pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.”
(QS. Al-A’raf: 31)
3. Makan Sebelum Shalat Id
Di hari raya Idulfitri, disunnahkan makan terlebih dahulu sebelum shalat, biasanya dengan kurma dalam jumlah ganjil.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:
كان النبي صلى الله عليه وسلم لا يغدو يوم الفطر حتى يأكل تمرات، ويأكلهن وترا
“Nabi ﷺ tidak keluar pada hari Idulfitri sampai beliau makan beberapa butir kurma, dan beliau memakannya dalam jumlah ganjil.”
(HR. Bukhari No. 953)
4. Berangkat ke Tempat Shalat dengan Berjalan Kaki
Jika memungkinkan, lebih utama berjalan kaki ke tempat shalat Id sebagai bentuk kesederhanaan dan mengikuti sunnah.
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu:
من السنة أن يخرج إلى العيد ماشياً
“Termasuk sunnah adalah keluar (menuju tempat shalat) pada hari raya dengan berjalan kaki.”
(HR. Tirmidzi 2/211)
5. Menunaikan Shalat Idulfitri
Shalat Idulfitri adalah sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) bagi laki-laki dan perempuan, bahkan bagi wanita yang sedang haid untuk ikut hadir di tempat shalat tanpa menunaikan shalat.
📖 Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan janganlah kamu membatalkan (pahala) amal-amalmu.”
(QS. Muhammad: 33)
Dari Ummu ‘Athiyyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
أمرنا رسول الله ﷺ أن نُخرجهن في الفطر والأضحى: العواتق والحيَّض وذوات الخدور، فأما الحيَّض فيعتزلن الصلاة، ويشهدن الخير ودعوة المسلمين
“Rasulullah ﷺ memerintahkan kami (para wanita) untuk keluar pada hari raya Idulfitri dan Iduladha: para gadis remaja, wanita haid, dan wanita pingitan. Adapun wanita haid menjauhi tempat shalat, namun turut menyaksikan kebaikan dan doa kaum Muslimin.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
6. Khusyuk dan Merenung Saat Shalat
Shalat Id hendaknya dilakukan dengan hati yang khusyuk, menghadirkan rasa syukur, takut, dan harap kepada Allah. Saat berkumpul bersama kaum Muslimin, bayangkanlah kelak kita semua juga akan berkumpul di padang Mahsyar.
📖 Allah Ta’ala berfirman:
انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۗ وَلَلْآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلًا
“Lihatlah bagaimana Kami melebihkan sebagian mereka atas sebagian (yang lain). Dan sungguh, akhirat lebih besar derajatnya dan lebih besar keutamaannya.”
(QS. Al-Isra: 21)
7. Bergembira dengan Ibadah dan Ampunan
Kegembiraan hari raya bukan karena pakaian baru atau makanan enak, melainkan karena kita diberi taufik menjalani Ramadhan dan berharap diterima amal kita.
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا ۚ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
(QS. Yunus: 58)
8. Ucapan Selamat Hari Raya
Termasuk sunnah adalah mengucapkan selamat hari raya dengan doa dan ucapan yang baik, seperti:
تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
“Taqabbalallahu minna wa minkum” (Semoga Allah menerima amal kami dan kalian).
Diriwayatkan dari Jubair bin Nufair:
كان أصحابُ رسولِ الله ﷺ إذا التقوا يوم العيد يقولُ بعضُهم لبعضٍ: تَقبَّلَ اللهُ منَّا ومنكُم
“Para sahabat Nabi ﷺ apabila saling bertemu pada hari raya, mereka mengucapkan: Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan dari kalian.”
(Fathul Bari 2/517)
Penutup
Ikhwati fillah, mari kita hidupkan kembali sunnah dan adab-adab mulia di hari raya Idulfitri. Jadikan hari kemenangan ini sebagai momentum peningkatan iman dan ketakwaan. Bukan hanya pakaian yang baru, tapi hati yang bersih dan dekat dengan Allah-lah yang paling layak dibanggakan.
Referensi:
-
Majālis Syahri Ramaḍān – Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah.
-
Al-Mawsū‘ah Al-Fiqhiyyah dari proyek ilmiah Dorar.net, bab: صلاة العيدين.