Jadikan Malam Ganjil Ramadhan sebagai Momentum Taubat dan Meraih Lailatul Qadar

taubat

Taubatlah di Malam Ganjil: Menyambut Lailatul Qadar dengan Hati yang Bersih

Ikhwati fillah,

Ramadhan telah memasuki fase terakhirnya—fase paling mulia dan paling dinantikan. Di sepuluh malam terakhir ini, terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qadar. Dan sungguh, Rasulullah ﷺ menasihati kita:

“تحروا ليلة القدر في الوتر من العشر الأواخر من رمضان”
“Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir Ramadhan.” (HR. Bukhari)

Jika malam ini adalah salah satu dari malam ganjil itu, maka inilah saat terbaik untuk kembali kepada Allah, meninggalkan dosa, dan membuka lembaran baru dengan taubat nasuha.

Mengapa Kita Harus Bertaubat di Malam-Malam Ini?

Dalam nasihatnya, Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata:

“اختموا شهر رمضان بالتوبة إلى الله من معاصيه، والإنابة إليه بفعل ما يرضيه”
“Akhirilah bulan Ramadhan dengan bertaubat kepada Allah dari maksiat-maksiat kalian, dan kembalilah kepada-Nya dengan melakukan amalan yang diridai-Nya.”

Sungguh, Lailatul Qadar bukan hanya tentang memperbanyak ibadah, tapi juga tentang membersihkan hati dan jiwa dari dosa. Bagaimana kita berharap mendapat ampunan dan kemuliaan malam tersebut jika hati kita masih dipenuhi maksiat?

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
(HR. Bukhari, no. 1901)

Dalil-Dalil tentang Taubat: Seruan Ilahi di Malam Terakhir

Allah Ta’ala berulang kali menyeru hamba-Nya untuk bertaubat dalam ayat-ayat yang begitu menyentuh:

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung.”
(QS. An-Nur: 31)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang tulus. Mudah-mudahan Tuhan kalian akan menghapus kesalahan-kesalahan kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.”
(QS. At-Tahrim: 8)

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah (wahai Nabi): Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sungguh, Allah mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
(QS. Az-Zumar: 53)

مَن تَابَ قَبْلَ أَن تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِن مَّغْرِبِهَا تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ
“Barangsiapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari arah barat, maka Allah akan menerima taubatnya.”
(HR. Muslim, no. 2703)

Bahkan Rasulullah ﷺ Sering Bertaubat, Bagaimana Dengan Kita?

Sahabat Halal, bahkan Nabi Muhammad ﷺ, manusia paling mulia yang telah dijamin surga, tidak pernah meninggalkan taubat dan istighfar. Dalam dua hadits yang sahih disebutkan:

عَنِ الْأَغَرِّ بْنِ يَسَارٍ الْمُزَنِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ، فَإِنِّي أَتُوبُ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya, karena sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak seratus kali.”
(HR. Muslim, no. 2702)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah, sungguh aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.”
(HR. Bukhari, no. 6307)

Jika Rasulullah ﷺ yang bersih dari dosa saja beristighfar setiap hari, bagaimana dengan kita yang setiap hari bergelimang dalam kekurangan dan kesalahan?

Syarat Taubat Nasuha Menurut Syaikh al-‘Utsaimin

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin menyebutkan bahwa taubat yang benar harus memenuhi lima syarat, yaitu:

  1. Ikhlas karena Allah semata.

  2. Menyesali dosa dan merasa sedih atasnya.

  3. Berhenti dari maksiat secara langsung.

  4. Bertekad kuat untuk tidak mengulanginya.

  5. Dilakukan sebelum ajal datang atau sebelum matahari terbit dari barat.

Lailatul Qadar: Malam Taubat dan Pembebasan

Sering kita sibuk menyiapkan ibadah terbaik di malam ganjil, tapi lupa menyiapkan hati yang bertaubat. Padahal, taubat adalah kunci pembuka keberkahan malam itu.

Bagaimana kita berharap mendapatkan ampunan Allah sedangkan kita masih bersahabat dengan dosa?

Allah berfirman:

“قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ…” (QS. Az-Zumar: 53)

“Barangsiapa yang bertobat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah akan menerima tobatnya.” (HR. Muslim)

Penutup: Jangan Lewatkan Momentum Ini

Ikhwati fillah,
Bisa jadi malam ini adalah malam Lailatul Qadar. Maka jangan biarkan ia berlalu dalam keadaan kita masih bergelimang dosa.

Mari bertaubat, menangis di hadapan Allah, memohon ampunan dengan hati yang tulus. Jadikan malam ini sebagai awal baru kehidupanmu, bukan hanya bulan ini, tapi selamanya.

اللَّهُمَّ اجعلنا من التوابين، ووفقنا لاغتنام ليلة القدر، واغفر لنا ذنوبنا كلها، دقها وجلها، سرها وعلانيتها…

Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.

Referensi

  • Al-‘Utsaimin, Muhammad bin Shalih. Majālis Syahri Ramadhān (مجالس شهر رمضان)

Related posts

Puasa Syawal: Hukum dan Keutamaannya dalam Islam

Istiqamah Setelah Ramadhan: Terus Dekat dengan Allah

10 Amalan Sunnah dan Adab di Hari Raya Idulfitri Sesuai Tuntunan Nabi ﷺ