Lisan Terjaga, Surga Terbuka: Keutamaan Menjaga Ucapan dalam Islam

Menjaga ucapan adalah langkah kecil yang berdampak besar dalam kehidupan, seperti komunikasi sederhana namun bermakna.

MENJAGA LISAN: KUNCI MERAIH KEBERKAHAN

Saudaraku, lisan ini adalah salah satu nikmat yang paling berharga dari Allah ta’ala. Melalui lisan, kita dapat berkomunikasi, berbagi pengetahuan, menyampaikan kasih sayang, ilmu, dan membangun hubungan antar sesama. Namun, lisan juga bisa menjadi sumber masalah besar jika tidak dijaga dengan baik. Dalam Islam, menjaga lisan merupakan bagian dari akhlak yang mulia dan sangat ditekankan. Ucapan yang baik dapat membawa kebaikan, sedangkan ucapan yang buruk dapat menimbulkan perpecahan, kebencian, dan bahkan dosa. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami keutamaan menjaga lisan agar kita bisa berucap dengan bijak, karena setiap ucapan yang terucap akan  dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah ta’ala kelak di hari akhir. Allah ta’ala berfirman, 

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. (QS. Qaf: 18). 

Allah ta’ala juga berfirman dalam ayat yang lain, 

وَكُلُّ صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ مُّسْتَطَرٌ

Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis”. (QS. Al-Qomar: 53).

Baca juga: Mengenal Nama Allah Ar-Razzaq: Asmaul Husna Sang Maha Pemberi Rezeki dan Cara Meneladaninya.

Keutamaan Menjaga Lisan 

Menjaga lisan merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Lisan yang tidak terjaga dapat menyebabkan berbagai dampak buruk, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Sebaliknya, orang-orang yang menjaga lisannya, maka mereka akan mendapatkan berbagai keutamaan, sehingga menjadikan hidupnya penuh dengan keberkahan dan kebaikan. Di antara keutamaan orang-orang yang menjaga lisannya adalah sebagai berikut: 

Menjadi sebab diampuninya dosa

Allah ta’ala berfirman, 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا (٧٠) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَٰلَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (٧١)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (70) Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar (71)”. (QS. Al Ahzab: 70-71). 

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah ta’ala telah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk bertakwa kepada-Nya dengan mengerjakan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang. Dan di antara bentuk perintah Allah ta’ala adalah berkata yang benar dan jujur, sehingga dengannya Allah ta’ala memperbaiki amal perbuatannya dan menghapus dosa-dosanya yang kemudian ia mendapatkan kemenangan yang besar dengan dimasukkan ke dalam surga. (Al Mukhtasar fi Tafsir Al Quran Al Karim: hal. 427). 

Baca juga: Dampak Maksiat Merusak Kehidupan

Tanda keimanan seseorang 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallaallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

مَن كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam”. (HR. Bukhari dan Muslim). 

Menjaga lisan adalah tanda keimanan seseorang kepada Allah ta’ala. Mereka yang benar-benar beriman kepada Allah ta’ala akan berusaha untuk berhati-hati dan berpikir sebelum berucap, agar tidak mengucapkan sesuatu yang tidak baik. (Syarh Kitab Al Kabair: hlm 118). 

Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang ingin berbicara, maka hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika jelas baginya bahwa tidak ada mudarat (bahaya) dalam perkataannya, maka hendaklah ia berbicara. Jika tidak, maka hendaklah ia diam”. (Al Adzkar An Nawawiyyah: hlm 555). 

Mendapatkan jaminan surga

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

Barangsiapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya (lisannya) dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluannya), maka aku akan menjamin baginya surga”. (HR. Bukhari).

Hadis ini menunjukkan bahwa menjaga lisan dan kemaluan dari perbuatan yang haram adalah salah satu kunci untuk mendapatkan jaminan surga. (Syarh Kitab Al Kabair: hlm 120). 

Hadis ini menunjukkan bahwa menjaga lisan dan kemaluan dari perbuatan yang haram adalah salah satu kunci untuk mendapatkan jaminan surga. (Syarh Kitab Al Kabair: hlm 120). 

Baca juga: perencanaan-keuangan-islami-konsumerisme

Menjadi sebab keselamatan di dunia dan Akhirat

Diriwayatkan dari ‘Uqbah bin ‘Aamir radhiyallahu ‘anhu ia berkata, wahai Rasulullah, apakah keselamatan itu?. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, 

أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ، وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ 

Jaga lisanmu, tetaplah tinggal di rumahmu, dan tangisilah dosa-dosamu”. (HR. Tirmidzi). Derajat hadis ini dinyatakan hasan oleh imam At Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani.

Hadis ini adalah nasihat dari Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam tentang tiga hal penting yang dapat menjaga seorang muslim dalam menjalani kehidupan di dunia, yaitu menjaga lisan, memanfaatkan waktu sebaik mungkin di rumah, dan memperbanyak istighfar atau menangisi dosa-dosa yang telah diperbuat. (Al Adzkar An Nawawiyyah: hlm 558). 

 

Mengangkat derajat seorang hamba dan mendapat keridhoan Allah ta’ala

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallaallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ فَيَكْتُبُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ 

Sungguh seorang hamba mengucapkan sebuah kalimat yang mengandung keridhoan Allah, dia tidak menyangka ucapannya begitu tinggi nilainya, maka Allah ‘Azza wa Jalla akan menuliskan keridhoan baginya sampai hari kiamat”. (HR. Tirmidzi). Dishahihkan oleh Al Albani dalam kitab Shahih Al Jami’.

Hadits ini menunjukkan bahwa seorang hamba bisa saja mengucapkan sebuah kata yang penuh kebaikan, seperti memuji Allah ta’ala, mengucapkan doa, atau memberikan nasihat yang bermanfaat, tanpa ia sadari ucapan yang terlihat biasa namun Allah ta’ala memberikan balasan yang luar biasa atas ucapan tersebut, hingga Allah memberikannya pahala dan mengangkat derajat hamba tersebut.  (Syarh Kitab Al Kabair: hlm 128-129).

Baca juga: Rezeki Sempit: Penyebab dan Solusinya dalam Prespektif Islam

Kesimpulan 

Menjaga lisan adalah kunci untuk meraih keberkahan dalam hidup. Dengan berbicara baik, menghindari ucapan yang menyakiti, dan berusaha untuk selalu berbuat baik melalui lisan kita, kita tidak hanya memperbaiki diri sendiri tetapi juga memberikan dampak positif kepada orang-orang di sekitar kita. Sebagai umat Islam, kita dianjurkan untuk senantiasa menjaga lisan agar mendapatkan ridha Allah ta’ala dan hidup dalam keberkahan. Dengan demikian, marilah kita berusaha untuk menjaga lisan agar senantiasa terjaga dari segala sesuatu yang merugikan diri kita. 

 

Referensi

  • Al Adzkar An Nawawiyyah. Cetakan pertama, Tahun 1442 H. Al Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An Nawawi Ad Dimasyqiy. Tahqiq: Syaikh Dr. ‘Amir bin ‘Ali Yasin. Damam: Dar Ibnul Jauzi. 
  • Syarh Kitab Al Kabair. Cetakan pertama, Tahun 1444 H. Syaikh Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al Badr. Al Jazair: Dar Al Furqan.
  • Al Mukhtasar fi Tafsir Al Quran Al Karim. Cetakan ketujuh, Tahun 1444 H. Markaz Tafsir lil-Dirasat Al Quraniyah. Makkah Al Mukarramah: Dar Al Mukhtasar.

 

Diselesaikan oleh: Aditya Prayogo 

Rabu pagi, 4 Jumadil awal 1446 H/ 6 November 2024 M. Wihdah 11 UIM, Madinah Al Munawwarah. 

Artikel: fiqihmuamalah.com

Related posts

Puasa Syawal: Hukum dan Keutamaannya dalam Islam

Istiqamah Setelah Ramadhan: Terus Dekat dengan Allah

10 Amalan Sunnah dan Adab di Hari Raya Idulfitri Sesuai Tuntunan Nabi ﷺ