Pengaruh do’a dan dzikir pada kehidupan seorang mukmin serta ketenangan jiwanya berbanding lurus dengan kualitas amalan hatinya saat membaca do’a dan dzikir tersebut. Amalan hati meliputi keikhlasan niat, kekhusyukan, keyakinan, penghayatan, dan tentunya pemahaman terhadap kandungan lafadz-lafadznya.
Ketika sebuah do’a dan dzikir dibaca hanya sebatas gerakan lisan tanpa menghadirkan hati, maka pengaruhnya pun akan lemah, meskipun tetap berpahala di sisi Allah Ta’ala. Sebagai contoh, firman Allah Ta’ala:
إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَاۤءِ وَٱلۡمُنكَرِ
“Sesungguhnya ibadah sholat akan mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45).
Baca juga: Pintu Masuknya ‘Ujub: Bahaya Kesombongan bagi Penceramah dan Penasihat
Semua orang sholat, tetapi mengapa di antara pemereka ada yang masih berbuat kejahatan dan kemungkaran? Hal ini mungkin terjadi karena kualitas amalan hati mereka lemah ketika melaksanakan sholat; pikiran mereka kemana-mana, terburu-buru, tidak khusyuk, dan tidak menghayati setiap bacaan sholatnya. Akibatnya, sholat tersebut tidak mempengaruhi hidup mereka.
Padahal, sholat adalah ibadah yang mengumpulkan lafadz-lafadz do’a, dzikir, serta gerakan yang benar-benar sempurna dalam menghambakan diri kepada Allah Ta’ala. Sekecil apapun ibadah yang dilakukan dengan maqom “al-ihsan,” pastikan ibadah tersebut memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan seorang mukmin.
Semoga bermanfaat.
Ditulis oleh: Hamdani Zahid, Lc